Tanda-tanda i’rob rofa’ (عَلاَمَاتُ الرَّفْعِ) dalam ilmu nahwu

Setelah postingan terakhir saya menjelaskan apa itu i’rob dan pembagiannya (Anda dapat membaca lebih lanjut tentang i’rob disini), pada postingan kali ini saya akan menjelaskan secara detail apa saja tanda-tanda ‘rob rofa’ dalam ilmu nahwu.

Suatu kata dapat diketahui lafalnya rofa’ jika memiliki salah satu dari 4 tanda i’rob rofa’, tanda-tanda tersebut adalah: dhommah kharokat, huruf wawu, huruf alif, dan huruf nun. Jika keempat tanda ini masuk ke salah satu kata (atau isim atau fi’il) maka kata tersebut dalam keadaan i’rob rofa’. Nah, dari keempat tanda tersebut Minggu adalah tanda yang biasanya melambangkan i’rob rofa’ (atau tanda utama i’rob rofa’ adalah dhommah).

Nah, setiap tanda di atas ada tempatnya.

A. Dhommah ‘ُ’

Seperti yang saya sebutkan di atas bahwa Dhommah adalah tanda yang biasanya mewakili i’rob rofa’ atau tanda utama i’rob rofa’, jadi jika ada kata, baik isim (kata benda) atau fi’il (kata kerja) yang memiliki vokal dhommah maka harus dibaca rofa’.

Tanda apapun dhammamaka menjadi tanda bagi rofa’ di empat tempat:

  1. Isim Mufrad

isim atau kata benda yang menunjukkan suatu arti, misalnya: كِتَابَابٌ berarti “kitab” atau “kitab”, berbeda dengan isim tasniyah yang berarti dua contoh: كِتَابَانِ berarti “dua kitab”, atau isim jamak berarti 3 atau lebih . arti, misalnya: كُتُبٌ. sekarang kita kembali ke pembahasan i’rob rofa’ yang mana tempat pertama dommah isim mufrad (menunjukkan arti satu), perhatikan contoh berikut:

Zaid berdiri قَامَ زَيْدٌ

Hati-hati dengan surat dariدٌ” pada kata yang saya tandai hijau زَيْدٌ, kata tersebut memiliki vokal dhommah dan mengandung isim mufrad (menunjukkan arti) serta menempati posisi fa’il (subyek/dokter). Dan seperti yang sudah dikatakan, isim mufrad adalah tempat pertama untuk dhammah.

2. Jamak Penaksir

Tempat kedua untuk dhomah yang merupakan tanda i’rob rofa adalah jamak taksir, jamak taksir itu sendiri adalah isim (nama) yang menunjukkan lebih dari 2 atau beberapa arti dan termasuk bentuk jamak yang tidak beraturan, misalnya: كُتُبٌ (buku-buku) . Contoh evaluasi jamak dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut:

جَاءَ الرِجَاkeُ Para pria telah tiba

Perhatikan kata-kata yang saya tandai dengan warna hijau الرِجَال, kata tersebut memiliki vokal dhommah dan termasuk dalam taksir jamak (jamak yang dipisahkan dari bentuk aslinya) selain juga menempati posisi fa’il (subyek/dokter). Dan seperti yang sudah disebutkan, jamak taksir adalah tempat kedua untuk dhammah. ‬ ‫‪‬

3. Jamak Muannats Salim

Tempat dhomah selanjutnya yang bertanda i’rob rofa adalah jamak muannats salim, jamak ini adalah bentuk jamak biasa (السَّالِمِ) khusus untuk wanita (المُؤَنَّثِ). Contoh: ‘beriman (pr).مُؤْمِنَاتٌ . Contoh jamak muannats salim yang dibaca rofa adalah:

جَاءَتْ المُؤمِنَات orang percaya (pr) telah datang

Perhatikan kata-kata yang saya tandai dengan warna hijau المُؤمِنَات, kata tersebut memiliki vokal dhommah dan termasuk dalam bentuk jamak muannats salim, selain itu juga menempati posisi fa’il (subyek/penulis). Dan seperti yang sudah disebutkan, jamak muannats salim adalah tempat ketiga untuk dhammah. ‬ ‫‪‬

Baca lebih lanjut tentang isim mufrad, jamak taksir dan jamak muannast salim at Di Sini.

4. Fi’il Mudhore yang pada akhirnya mengatakan bahwa dia tidak terhubung dengan apapun.


Tempat dhomah selanjutnya yang merupakan tanda i’rob rofa’ adalah fi’il mudhore yang pada akhirnya tidak berhubungan dengan apapun. contoh: ‘يَكْتُB

Yah, apapun itu artinya “fi’il mudhore yang pada akhirnya tidak ada hubungannya dengan apapun” adalah ketika fi’il (kata kerja) adalah:

  1. Tidak dihubungkan dengan alif tasniyah (alif artinya dua) “ان”, misalnya: “يَكْتُبَانِmereka berdua menulis
  2. Tidak disambung dengan bentuk jamak wawu (wawu menunjukkan arti jamak dari mudzakar salim) “ون”, misalnya: “يَكْتُبُوْنَlaki-laki menulis
  3. Tidak ada hubungannya dengan ya muannats mukhotobah (huruf yaa yang menunjukkan arti “kalian melakukannya‘), contoh: ‘تَكْتُبِيْنَ“gadismu menulis”
  4. Tidak dihubungkan dengan huruf nun taukid (biarawati yang bisa menguatkan kata kerja), misalnya: “يَكْتُبَنَّdia adalah pria sejati yang menulis‘.
  5. Juga tidak ada kaitannya dengan huruf nun niswah (nun yang menunjukkan arti “wanita lakukan‘), contoh: ‘يَكْتُبْنَmereka adalah wanita yang menulis

naaah, jika sebuah fi’il mudhore disambungkan dengan kelima huruf di atas, maka verba tersebut tidak dapat menerima vokal dhomah.

Berikut contoh fi’il mudhore yang pada akhirnya tidak nyambung dengan apapun dan fi’ilnya diucapkan rofa’:

Muhammad menulis surat مُحَمَّدٌ يَكْتُبُ الرِسَالَةَ

Hati-hati dengan huruf baa’B” pada kata yang saya tandai hijau يَكْتُبُkata tersebut memiliki vokal dhommah dan termasuk fi’il mudhore yang pada akhirnya tidak dihubungkan dengan alif tasniyah, jamak wawu, yaa muannats mukhotobah, nun taukid dan nun niswah.


B. Wawu ‘و’

Tanda i’rob rofa yang kedua adalah huruf wawu ‘و’, jadi tentunya jika sebuah kata (isim) memiliki huruf wawu diakhirnya, maka itu adalah kata yang dilafalkan rofa’.

Tanda apapun Wowmaka menjadi tanda bagi rofa’ di dua tempat:

1. Jamak dari Mudzakkar Salim

Seperti yang telah dijelaskan pada postingan sebelumnya (klik disini) bahwa tanda jamak dari mudzakkar salim adalah wawu dan nun / yaa dan nun, naaah, wawu dalam bentuk jamak mudzakkar salim ini adalah tanda dari i’rob rofa’. lihat contoh berikut:

إِنَّمَا المُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya (laki-laki) yang beriman itu bersaudara

Perhatikan huruf wawu’Dan” pada kata yang saya tandai hijau المُؤْمِنُوْنَkata tersebut dihubungkan dengan huruf wawu yang merupakan bentuk jamak mudzakkar salim, setelah kata ‘al-mu’minuuna“lafalkan rofa” dengan tanda rofa “adalah huruf wawu.


2. Asmaul Khomsah

Tempat kedua WAWU menjadi i’rob rofa’ adalah asmaul khomsah (اسْمَاءُ الخَمْسَةِ), dan kelima isim tersebut adalah:

  • أَبُوكَmelecehkan = Ayahmu
  • أَخُوْكَakhuuka = Adikmu
  • حَمُوْكَhamuka = papan Anda
  • فُوْكَcamar = mulutmu
  • ذُوْ مَالٍhari yang luar biasa = yang memiliki properti

Nah, jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya kelima kata di atas merupakan gabungan (susunan idhofah) dari dua kata yang kemudian dimediasi dengan huruf wawu. Mari kita ambil contoh di atas:

أَبُوكَ = أَبٌّ+وْ+كَ

Satu hal yang membuat isim asmaul khomsah istimewa adalah harus ditambah dengan huruf wawu (jika dalam keadaan rofa’). jadi jika Anda menanyakan kata ” أَبُوكَ ‘Apa perampokan itu? maka jawabannya adalah I’rob rofa’. tanda jubahnya adalah wawu (bukan dommah) karena itu milik Asmaul Khomsah.

Baca lebih lanjut tentang Asmaul Khomsah di Di Sini.

Tanda ketiga i’rob rofa’ adalah alif, dan tempat alif hanya di isim tasniyah, dan yang dimaksud isim tasniyah adalah isim yang artinya dua, ism ini harus ditambah alif dan nun (ِا + ن ) di akhir kata untuk keadaan i’rob rofa’, misalnya: ‘كِتَابَانِ’, dan tambahkan yaa dan nun (يْ+نِ) di akhir i’rob nashob dan jer, misalnya: ‘كِتَابَيْنِ’ .

Jadi, seperti yang saya katakan sebelumnya, untuk menjadi i’rob rofa’, isim tasniyah harus ditambah alif dan nun (ا + ن) karena tanda ketiga rofa’ adalah alif untuk isim tasniyah. Contoh isim tasniyah beri’rob rofa’ dalam kalimat:

Dua orang Muslim datang جَاءَ مُسْلِمَانِ

dikatakan dengan baikMuslim“dalam keadaan i’rob rofa” karena menjadi fa’il (subyek). Tanda rofa” adalah alif karena termasuk dalam isim tasniyah.

D. Biarawati (Tetap Biarawati)

Tanda terakhir dari i’rob rofa adalah “nun/nun tinggal”, dan tempat untuk “nun” hanya terdapat di af’alul khomsah. Nah, seperti yang saya jelaskan pada postingan sebelumnya tentang af’alul khomsah, bahwa af’alul khomsah adalah “lima kata kerja”, artinya semua kata kerja dengan wazan:
تَفْعَلَانِ = KSaya suka keduanya (anak laki-laki) bekerja
يَفْعَلَانِ = Ddia berdua (laki-laki) sedang bekerja
تَفْعَلُوْنَ = KAlian (pria) bekerja di sana
يَفْعَلُوْنَ = Mmereka (laki-laki) sedang bekerja
تَفْعَلِيْنَ = Kamu (wanita) bekerja

Perhatikan nun di akhir setiap kata, nun ini merupakan tanda rofa’ untuk af’alul khomsah. contoh af’alul khomsah dalam kalimat:

Kalian berdua berangkat sekolah pagi-pagi sekali أَنْتُمَا تَذْهَبَانِ إلى المَدْرَسَةِ صَبَاحاً

kata yang bertanda biru itu af’alul khomsah, kenapa dilafalkan rofa’? karena menjadi خَبَر ‘khobar’ dan setiap khobar (predikat) harus dibaca rofa’, dan tanda rofa’ untuk af’alul khomsah selalu huruf nun.
Baca lebih lanjut tentang Af’alul Khomsah Di Sini.

Demikian penjelasan tentang tanda-tanda ‘rob rofa’, semoga bermanfaat dan selamat belajar. 😀

  • bukuMukhtassor Jiddan

menyimpan

menyimpan

menyimpan

menyimpan

menyimpan

Leave a Comment