
A. Pengertian Laa An-Nafiyah Liljinsi (لا النافية للجنس)
An-nafiyatu lil-jinsi adalah:
Isim yang menunjukkan jenis disclaimer yang statusnya sudah menjadi berita, yang jatuh setelah “LA”. Contoh:
لَ رَجُلَ فِي الدَّارِ
“Tidak ada laki-laki di rumah”
B. Amal/Fungsi (“لا” النافيةِ للجنْسِ)
An-nafiyatu lil-jinsi memiliki fungsi yang mirip dengan “إنّ” Yaitu untuk menegaskan kembali ism dan membaca khobar.
Contoh:
لَ رَجُلَ فِي الدَّارِ
Asal kalimat di atas adalah:
رَجُلٌ فِي الدَّارِ
susunan mubtada ‘رَجُلٌ’ dan khobar ‘فِي الدَّارِ’, yang juga diucapkan rofa’ karena mubdata’ dan khobar harus dibaca rofa’.
Kemudian masukkan laa an nafiyah liljinsi (لا) menjadi:
لَ رَجُلَ فِي الدَّارِ
mubtada’ menjadi ism laa (لا) dan dibaca dalam teks tanpa tanwin “رَجُلَ”, maka khobar tetap dalam makhal rofa ‘فِي الدَّارِ’.
Ini berlaku jika empat kriteria berikut terpenuhi:
1. Pengucapan “The” dalam Nash dimaksudkan untuk menafikan semua jenis yang ada. Contoh:
لا تُلاَّبَ di sekolah
“Tidak semua siswa di sekolah”
Kata “لا” meniadakan semua murid yang ada, tidak ada dispensasi sama sekali.
2. Nama dan khobar “La” berbentuk Nakiroh, contoh: لاَ رَجُلَ فِي الدَّارِ
kata ‘رَجُلَ’ dulunya nakiroh yang dibaca dengan tanwin ‘رَجُلٌ’, tetapi karena termasuk dalam ‘Laa’ pastilah dinashob dan tanwinnya dihilangkan.
3. “La” dan isinya tidak boleh dipisahkan. Contoh:
Tidak ada pria atau wanita di rumah
Jadi “La” bukanlah amal atau tidak bekerja sesuai dengan praktiknya.
4. “La” tidak memasukkan huruf jer, contoh:
“Saya bepergian tanpa hambatan”
“Aku pergi tanpa bekal”
Huruf “ب” tidak dapat digabungkan dengan “Laa”.
C. Berbagai Isim “لا” النافيةِ للجنس
Nama “La” terbagi menjadi tiga.
1) Isim Mufrod, yaitu isim yang tidak dijadikan mudhof bagi yang lain, baik berupa tasniyah, jama atau lainnya. Misalnya:
“Tidak ada laki-laki di rumah”
تولو كتابُ لا رَيبَ
2) Bentuk Mudolf, misalnya:
لا رجلَ سُوءٍ عندنا
لا اخا جهلٍ مُكرَّمٌ
3) Berupa Syibhu Mudolf, misalnya:
“ya قبيحاً خُلقُه خاضرٌ”
“ya مثموماً فعلُه اندنا”
D. Negeri Isim dan Khobarnya “”لا” النافية للجنس
Beberapa posisi isim dan khobarnya:
a) Istilah “La” terkadang dibuang, misalnya:
“kamu tidak memilikinya”
Aslinya: لا باسَ, و لا jinnahَ علیک
“Baiklah, O Tidak Ada Dosa pada Anda”
b) Biasanya, jika khobar sudah dipahami atau sudah diketahui, maka khobar tersebut dibuang, misalnya:
لَا رَجُلَ
لَا زَيْدَ
لَا سَمَكَ
c) Jika tuturannya tidak diketahui atau tidak jelas, maka harus disebutkan
d) Khobar “La” harus Mufrod, dengan kata lain tidak boleh berupa angka atau angka syibhu. Contoh:
“Tidak ada kemiskinan yang lebih besar dari ketidaktahuan, tidak ada kekayaan yang lebih besar dari akal, dari hukuman”
E. Hukum “La” berulang
Jika ada “La” yang diulang maka ada beberapa hukum, antara lain:
A. Semuanya dibaca nashob, dengan status Mabni, dibandingkan dengan amalan “إنَّ” misalnya: “لا حَولَ ولا قُوَّةَ إلا باللهِ”
B. Terkadang kita membaca rofa’ secara bersamaan, dibandingkan dengan amalan “ليس” misalnya: “لا حولٌ ولا قوَّةٌ إلاّ بالله”
C. Yang pertama dibaca sebagai teks dan yang kedua dibaca sebagai jer, misalnya: “لا حولَ ولا قوَّةٌ إلاّ باللهِ”
D. Yang pertama dibaca rofa’ dan yang kedua dibaca jer, misalnya: “لا حولٌ ولا قوةَ إلا باللهِ”
e. Yang pertama adalah mabni fathah dan yang kedua dibaca nashob sebagai athof, misalnya: “لا حولَ ولا قوةً إلاّ باللهِ”