Pengertian Idhofah [الإضافة] dalam Ilmu Nahwu Beserta Contoh-contohnya

Arti dari Idhofah [الإضافة] dalam Ilmu Nahwu dan Contoh-contohnya

Pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan pengertian Idhafah dalam ilmu nahwu. Untuk lebih jelas tentang pengetahuan ini, kami belajar di bawah ini.

Pengertian Idhafah

Idhofah adalah salah satu dari tiga isme [kata benda] itu jer_kan. Seperti dalam kitab Matan al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy terjemahan KH Moch. Anwar menjelaskan sebagai berikut:

Ada tiga jenis kesalahan: kesalahan melalui surat dan kesalahan tambahan dan tunduk pada kesalahan

Ada tiga jenis pengucapan, yaitu:
Lafadz yang diterjemahkan dari huruf toples, misalnya: فِي الفَصْلِ
Lafadz yang terkoyak idhofahcontoh: كِتَابُ زَيْدٍ
Lafadz yang mengikuti bacaan yang diperintahkan (karena menjadi na’at, athaf, taukid, badal),
contoh:
na’at: بسمِ اللهِ الرّرحمِ الرّحيمِ
athaf: نَظَرْتُ إلَى الجَبَلِ وَ البَحْرِ
taukid: جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
Badal: مررتُ بالُسْلِمِيْنَ أجمعيْن

Nazim berkata:

“Ada tiga jenis pengucapan nama, yaitu: huruf, mudhaf, dan lafadz berikut.”

Al-Ustadz Aunur Rofiq Ibnu Ghufran menjelaskan dalam bukunya “Ringkasan Kaidah Bahasa Arab”, bahwa idhofah adalah susunan dari dua atau lebih isme yang menyebabkan isme kedua dibaca jar karena berhubungan dengan isme sebelumnya. Ima yang terdapat pada awal kata disebut المضاف, yaitu i’rabi menurut letaknya dalam bilangan (kalimat), dapat berupa rafa’, nashab dan jer. selain itu, sedangkan kata kedua disebut “مُضاف عليه” yang seharusnya dibaca jar.

Adapun Akhmad Munawari dalam bukunya “Belajar tata bahasa Arab dengan cepat” Jelaskan pula, idhofah adalah bersandar suatu kata pada kata lain untuk memunculkan makna yang lebih spesifik.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa idhofah adalah susunan dua isim atau lebih yang kata kedua (المضاف اليه) harus dibaca jar karena terhubung atau didukung dengan kalimat ism sebelumnya (المضاف), sehingga menimbulkan makna yang lebih spesifik. Jadi dalam idhofah itu ada susunannya, yaitu rangkaian mudhaf (kalimat sambung) dan mudhaf ‘ilaih (kalimat sambung).
Contoh:

Jalan lurus صِرَاطُ المُسْتَقِيْمِ

صِرَاطُ menjadi Mudhof [مُضَافٌ]Dan المُسْتَقِيْمِ menjadi Mudhof Ilaih [مُضَافٌ إلَيْهِ]

Perhatikan mudhof di atas [صِرَاطُ]memiliki vokal dhommah tanpa tanwin dan alif lam, karena ketika isim [kata benda] Jika menjadi mudhof, maka tanwinnya harus dihilangkan dan tidak boleh menggunakan alif lam. Sedangkan mudhof ilaih adalah [المُسْتَقِيْمِ]Kata tersebut memiliki vokal kasroh, karena sudah menjadi kaidah ilmu Nahwu dalam bab i’rob bahwa semua isim yang menjadi Mudhof ilaih harus dibaca jar. [dan pada contoh di atas tanda jarnya adalah harokat kasroh].

Baca juga:
Pengertian I’rob (الإِعْرَابُ) dan pembagiannya
Tanda-tanda i’rob jar (عَلَامَاتُ الجَرِ) dalam Ilmu Nahwu

Syarat Mudhaf dan Mudhaf ‘ilaih

dalam kitab Matan al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy terjemahan KH Moch. Anwar menjelaskan sebagai berikut:

“Syarat bagi seorang mudaf adalah bebas dari al-ta’rif dan tanwin, dan kriteria mudhaf ‘ilaih adalah ia harus memilih antara al-ta’rif dan tanwin.”

Contoh:

membaca كِتَابَ Allah

“Saya membaca Kitab Allah [Qur’an]”

buku عَلِيٍّ فِي المَكْتَبَةِ

“Kitab Ali di Perpustakaan”

informasi:
Lafadz berwarna-warni biru itu ditambahkan
Lafadz berwarna-warni hijau itu ditambahkan

Perhatikan dua contoh di atas, warna Mudhof biruDia kamu tidak punya alif lam Dan tanpa tanwinsementara untuk cara membaca [kedudukan i’robnya] tergantung pada kata sebelumnya atau tergantung pada posisi mudhof dalam kalimat. contoh di kalimat pertama katanya كِتَابَ mudhof dibaca nashob dengan tanda, yaitu fathah, karena menjadi maf’ul bih, sedangkan pada contoh kedua kata buku mudhof dibaca rofa’ dengan tanda dhommah dibaca rofa’ karena dia mubtada’.

Adapun Mudhof ilaih yang berwarna-warni hijauitu harus membaca jar [tanda jar nya bisa dengan harokat kasroh, huruf yaa, atau harokat fathah, baca selengkapnya di sini].

Jenis Mudhof ‘ilaih

Syaikh Syaraffuddin Yahya al-Imrithiy menyatakan dalam bukunya “al-Imrithiy” yang diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, sebagai berikut:

Mudhaf ‘ilaih terbagi menjadi tiga, yaitu:

Ada takdir ma’nanya fii.
Seseorang ditakdirkan ma’nanya laam.
Ada yang memutuskan ma’na nya, min.

Maksudnya, pengertian Mudhof ilaih dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  • Mudhof ilaih berarti fii/فِي [di/keterangan tempat atau waktu]contoh:

    Makr Allah (trik malam)

    atau jika diartikan secara tegas berarti:

    Makrٌ في اللّيلِ (penipuan malam).

  • Mudhof ilaih berarti laam [لِ/ kepunyaan/milik]contoh:

    عبدُ عَلِيٍّ (pelayan Ali)

    atau jika diartikan secara tegas berarti:

    عبدٌ لِعَلِيٍّ (milik server [milik] sayap).

  • Mudhof ilaih berarti min/مِنْ [dari]contoh:

    توبُ خزٍّ (kemeja sutra)

    atau jika diartikan secara tegas berarti:

    توبٌ من خزٍّ (gaun sutra)

Demikian penjelasan singkat tentang Idhofah, semoga dapat menambah pengetahuan kita dalam memahami ilmu nahwu. Selamat belajar. 🙂

Leave a Comment